Terima Kasih Anda Telah Berkunjung di Blog Abahe Nely

Jumat, 01 Maret 2019

MENGENAL LEBIH DEKAT DENGAN KH.MASRUCHAN SHODIQ PENDIRI DAN PERINTIS YAYASAN MAZRO’ATUL HUDA KARANGANYAR

Nama lengkapnya KH. Masruchan Shodiq, namun beliau lebih akrab disapa dengan KH. Masruchan. Beliau lahir di Demak, 16 Oktober 1938. Beliau tinggal di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak. KH. Masruchan anak ke 5 dari 9 bersaudara, beliau berasal dari keluarga berada. Ayah beliau bernama Bawi Abdurrahman dan ibunya bernama Saini. Konon menurut cerita, Mbah Bawi ayah KH. Masruchan ketika itu mepunyai anak empat perempuan semua, mbah Bawi bernadzar apabila nanti punya anak laki-laki akan mengadakan berjanjen 7 malam berturut-turut, maka lahirlah Masruchan kecil dan dilaksanakanlah nadzar tersebut, Beliau menikah pada usia 23 tahun dengan gadis berusia 13 tahun yang bernama Mukshodah, yang merupakan muridyang pernah beliau ajari ilmu, nahwu, shorof, fiqih dan lain-lain di rumah Bapak Muzayyin Karanganyar. Dari pernikahannya, beliau dikaruniai 4 putra dan 3 putri yaitu : H. Ahmad Najib, Hj. Aisyatun, Hj. MuzlifatunNi’mah, Sa’dulloh Yazid, H. Ulil Abshor, Aini Matswah dan H. Ahmad Qowi Rais.

            Jenjang pendidikan beliau dimulai dari Sekolah Rakyat (SR) setara dengan Sekolah Dasar (SD) pada saat ini. Kemudian melanjutkan pendidikannya ke MTs.Ma’ahid di Kudus (dahulu madrasah ini beraliran NU namun sekarang beralih menjadi Muhammadiyah) sambil mondok di KH. Khambali Bejen Kudus dan terakhir beliau mondok di pesantren yang dipimpin oleh KH. Muhammadun Pondowan, Tayu, kabupaten Pati. Beliau mondok di Pati kurang lebih selama 3 tahun.
            Setelah selesai mondok, beliau ingin mendirikan sebuah pondok. Beliau beralasan bahwa pndok merupakan salah satu tempat yang terbaik untuk mendidik anak-anak yang pandai dalam hal agama dan bersosialisasi dengan masyarakat. KH. Masruchan juga mempunyai keinginan supaya anaknya menjadi seorangtahfidzatau kyai sehingga ketujuh anaknya dipondokkan semua. Beliau kurang cocok jika anaknya menjadipegawai, beliau lebih menyukai anaknya menjadi pedagang sesuai yang pernah dilakukan Rasulullah. Jika anakanya menjadi pedagang beliau tidak terlalu khawatir karena anaknya sudah dibekali ilmu-ilmu agama dari pondok pesantren agar menjadi pedagang yang jujur.
            Tokoh yang satu ini dikenal sebagai orang yang aktif dan ringan tangan. Dalam beberapa kesempatan, beliau tercatat sebagai pemrakarsa dalam menjalankan berbagai macam kegiatan keagamaan dan organisasi NU. Beliau juga tercatat sebagai ta’mir masjid, ketua GP Anshor sejakt ahun 1958-1964 (saat berusia 20-36 tahun), kemudian menjadi Ketua Ranting NU tahun 1975-1989 (saat berusia 37 - 51 tahun). Dilanjutkan menjadi pengurus MWC NU tahun 1987-2004 (saat berusia 49 - 66 tahun), Pengurus Cabang tahun 1993 saat beliau berusia 55 tahun. Dalam masa jabatan beliau sebagai ketua Tanfidziyyah MWC NU beliau berhasil mendirikan Gedung MWC NU Karanganyar yang berada di komplek madrasah.

Kampanye PPP di alun-alun Demak yang dihadiri oleh H. Roma Irama
            Beliau tidak berkenan bila dirinya disebut kyai, bahkan beliau menganggap dirinya bodoh dalam segala hal (agama tidak pintar, pendidikan formal pun tidak pintar). Karena ketegasan, kedermawanan, ketangguhan, kegigihan dan sikap beliau, banyak masyarakat menganggap beliau itu seorang kyai yang luar biasa.
            Disamping itu, beliau merupakan salah satu pendiri Yayasan Mazro’atul Huda Karanganyar. Beliau juga merintis pondok putri Mazro’atul Huda Karanganyar. Karena sifat kedermawanannya beliau mewakafkan tanahnya untuk dibangun madrasah. Tanah yang diwakafkan dahulu berupa sawah. Bangunan pertama kali yang dibangun berupa Madrasah Diniyah. Bangunan yang kedua yaitu Madrasah Tsanawiyah dibangun tahun 1978. Bangunan terakhir adalah Madrasah Aliyah tahun 1981.
            Beliau mewakafkan tanahnyas ekaligus sebagai pemrakarsa pewakafan tanah yang sekarang ini dibangun madrasah. Beliau mempunyai pandangan jauh ke depan, hal ini dapat dilihat dari :
1.     Penyediaan tanah yang luas dalam rangka pengembangan madrasah
2.     Memfasilitasi madrasah dengan mendirikan pondok agar siswa yang jauh bisa sekolah disini.
Bagi beliau harta benda tidak dibawa mati, beliau lebih mengutamakan kehidupan akhirat dari pada kehidupan duniawi. Selain mewakafkan tanah tersebut, beliau juga pernah membangun sebuah jalan di kampungnya. Dilingkungan masyarakat, beliau memiliki jiwa sosial yang besar serta mudah akrab dengan orang lain. Sementara itu, dilingkungan keluarga, beliau dikenalsebagai orang tua yang tegas dan disiplin. Semua itu diajarkan kepada anaknya untuk membekali diri dalam menjalani kehidupan. Terlebih dalam urusan agama, beliau termasuk orang yang tegas dalam menentukan suatu keputusan. Jika dirasa tidak sesuai dengan tuntunan agama, pasti akan dilarang untuk melakukannya. Seperti halnya yang diceritakan oleh ibu Muzlifatun Ni’mah putrid ketiga beliau, pada saat dirinya masih mondok di Sarang, “Ketika itu waktu liburan di rumah, pernah ada tamu laki-laki datang. Bapak yang “njagongi”, karena ada kesibukan yang lain sehingga tidak bisa menemani tamu lama-lama, saya tidak langsung dipanggil, tapi Bapak menyuruh mencari orang yang alumni pondok Sarang disekitar sini untuk mendampingi saya menyambut tamu laki-laki yang bukan mahram, walaupun tamu tersebut adalah ustadz saya di pondok. Begitulah sifat Bapak yang berpegang teguh pada hukum agama yaitu larangan dalam hal pergaulan lawan jenis”.

Haji pertama 1984
            Menurut keterangan dari Bapak Sa’dulloh Yazid, putra keempat beliau yang sekarang mengajar di MTs. Mazro’atul Huda Karanganyar, “Bapak dikenal sebagai orang tua yang tegas dan disiplin. Suatu saat saya pernah bermain setelah sholat Maghrib dan tidak mengaji, kemudian ketahuan Bapak langsung dipukul pakai ranting daun waru sehingga kami lari terbirit-birit ke masjid. Jadi slogan “Maghrib..matikan TV, ayo mengaji!” sudah Bapak ajarkan sejak lama dan sampai sekarangpun kami anak-anaknya setelah maghrib tidak ada yang menyalakan TV”. Keterangan senada juga diungkapkan oleh  Ibu Ni’mah. Sikap beliau yang ramah membuat beliau dicintai banyak orang. Bapak juga sangat ta’dzim pada kyai bahkan sering keluarga diajak silaturrohim ke para kyai, sehingga banyak kyai yang akrab dengan beliau, diantaranya mbah KH. Arwani Kudus, Mbah KH. Hasan Mangli Magelang, Mbah KH. Hamid Pasuruhan, Gus Nur Malang dll.. Dengan rasa cintanya kepada kyai sehingga beliau mempunyai cita-cita anaknya mendapat jodoh putra/putri kyai agar cucunya nanti ada nasab kyai yang bisa meneruskan perjuangan ulama’.
            Ketika menjelang akhir hayatnya beliau masih menjalankan aktivitas seperti biasa. Beliau masih sempat berkunjung ke berbagai tempat dimana beliau masih dibutuhkan kehadirannya, baik itu rapat majlis taklim maupun yang lainnya. Sebelum wafat beliau berpesan agar anak-anaknya hidup rukun dan tidak menyakiti satu sama lain. Setelah berjuang mengajarkan agama Islam di Karanganyar Demak, beliau dipanggil oleh Allah yang Maha Kuasa pada usia 71 tahun, tepat pada tanggal 25 November 2009, karena sakit yang dideritanya. KH. Masruchan adalah sosok yang dapat ditiru, baik akhlaknya, sikap hidupnya, kedermawananya, pengamalan hidupnya, dan masih banyak contoh-contoh baik yang telah dilakukan beliau. Saya berharap biografi ini bermanfaat untuk masyarakat dan generasi muda pada umumnya.


Nara sumber:
1.      Bapak KH. Ahmad Rodhi, S.Pd.I. (Teman seperjuangan)
2.      Bapak Abdulloh Syamsi (Tokoh Masyarakat)
3.      Ibu Hj. Mukhsodah (Istri)
4.      Ibu Hj. Muzlifatun Ni’mah ( putra ke 3)
5.      Bapak Sa’dulloh Yazid (putra ke 4)


Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berikan komentar anda tentang isi blog/pemilik blog