Terima Kasih Anda Telah Berkunjung di Blog Abahe Nely

Humor Gus Dur

Siapa yang Paling Berani?
Di atas geladak kapal perang US Army tiga pemimpin negara sedang "berdiskusi" tentang prajurit siapa yang paling berani. Eh kebetulan di sekitar kapal ada hiu-hiu yang sedang kelaparan lagi berenang mencari makan ...

Bill Clinton: Kalau Anda tahu ... prajurit kami adalah yang terberani di seluruh dunia ... Mayor .. sini deh ... coba kamu berenang keliling ini kapal sepuluh kali.

Mayor: (walau tahu ada hiu) siap pak, demia "The Star Spangled Banner" saya siap ,,, (akhirnya dia terjun dan mengelilingi kapal 10 kali sambil dikejar hiu).

Mayor: (naik kapal dan menghadap) Selesai pak!!! Long Live America!!

Clinton: Hebat kamu, kembali ke pasukan!

Koizumi: (tak mau ketinggal, dia panggil sang sersan) Sersan! Menghadap sebentar (sang Sersan datang) ... coba kamu keliling kapal ini sebanyak 50 kali ... !

Sersan: (melihat ada hiu ... glek ... tapi) for the queen I'am ready to serve!!! (pekik sang sersan, kemudian membuka-buka baju lalu terjun ke laut dan berenang keliling 50 kali ... dan dikejar hiu juga).

Sersan: (menghadap sang perdana menteri)  GOD save the queen!!!

Koizumi: Hebat kamu ... kembali ke tempat ... Anda lihat Pak Clinton ... Prajurit saya lebih berani dari prajurit Anda ... (tersenyum dengan hebat ...)

Gus Dur: Kopral ke sini kamu ... (setelah dayang ...) saya perintahkan kamu untuk terjun ke laut lalu berenang mengelilingi kapal perang ini sebanyak 100 kali ... ok?

Kopral: Hah ... Anda gila yah ...! Presiden nggak punya otak ... nyuruh berenang bersama hiu ... kurang ajar!!! (sang Kopral pun pergi meninggalkan sang presiden ...)

Gus Dur: (Dengan sangat bangga) Anda lihat Pak Clinton dan Pak ... Cumi Cumi ... kira-kira siapa yang punya prajurit yang paling BERANI!!! ... Hidup Indonesia ... !!! (mbs)
Tak Bilang Korupsi
Seorang pejabat tinggi, sebut saja si Fulan, merasa deg-degan dicap sebagai koruptor oleh Gus Dur. Sebab, Gus Dur mengatakan bahwa perbuatan tertentu yang dilakukan si Fulan tak bisa lain kecuali diartikan korupsi.

"Dibolak-balik bagaimanapun, itu adalah korupsi. Titik," kata Gus Dur.

Mungkin atas permintaan si Fulan atau diimbau orang lain, salah seorang yang dekat dengan Gus Dur meminta agar Gus Dur tak lagi menyerang si Fulan, apalagi dengan tuduhan korupsi. Si Fulan dalam kasus itu sama sekali tak melakukan korupsi, melainkan sekadar meneruskan secara resmi sebuah permohonan.

Apalagi, ada yang memalsukan susbtansi persoalannya. Gus Dur pun setuju untuk tak lagi mengatakan si Fulan korupsi.

Tetapi besoknya, Gus Dur bilang si Fulan itu tergolong teroris karena ikut mendalangi beberapa kerusuhan. Ketika ditanya mengapa masih menyerang si Fulan, padahal sudah menyatakan tak akan menyerangnya lagi, Gus Dur pun menjawab bahwa  dirinya sudah memenuhi janji untuk tidak lagi mengatakan si Fulan korupsi.

"Saya tadi kan tak bilang dia korupsi, saya hanya bilang teroris," jawabnya enteng.
(ahm)
Salah Ransel
Suatu hari ceritanya terjadilah kesepakatan rekonsiliasi atau islah antara Pak SBY, Bu Mega, Pak Habibie dan Gus Dur. Tentunya hal ini menjadi berita gembira bagi seluruh rakyat Indonesia, yang selama ini sudah bosan menyaksikan para pemimpin bangsa ini saling berseteru satu sama lain.

"Nah sekarang, supaya rakyat melihat langsung bahwa kita sudah akur ..... bagaimana kalau besok kita bersama-sama melakukan kunjungan kerja ke beberapa daerah tertinggal ..... setuju ??? " tanya Pak SBY.

Yang lain menjawab : " setujuuuu" ..... Gus Dur menimpali "saya sih setuju-setuju saja".

"Kalau begitu, saya minta tolong Pak Habibie memerintahkan anak buahnya di IPTN supaya menyiapkan pesawatnya, bagaimana Pak Habibie???" Tanya Pak SBY lebih lanjut.

"Oke Pak tak ada masalah, selalu siap setiap saat" tandas Pak Habibie.

Keesokan harinya terbanglah mereka ber empat tanpa disertai pengawal, asisten ataupun ajudan..... dan hanya disertai seorang pilot pesawat. Singkat cerita mereka telah selesai melakukan kunjungan kerja ..... dan terbang kembali ke Jakarta.

Namun apa yang terjadi ..... dalam penerbangan kembali tersebut mendadak pesawat mengalami kerusakan alat kendali dan kebocoran bahan bakar.

"Wah celaka dua belas nih, pesawat ini tidak bisa dikendalikan dan pasti akan jatuh hancur" kata sang pilot dengan paniknya, "kalau begitu ..... cepat terjunkan para tokoh bangsa ini dengan ransel parasut yang ada" tambahnya. "Tapi bagaimana ya ..... parasutnya cuma ada 4, padahal semuanya ada 5 orang" tambah sang pilot kebingungan.

"aah sudahlah ..... minta pertimbangan dari para beliau sajalah" kata sang kapten sambil bergerak cepat menemui para tokoh bangsa yang sedang bercengkrama dengan akrabnya satu sama lain.

Dengan nada hati-hati sang kapten berkata "mohon maaf Bapak-bapak dan Ibu ..... karena kendali pesawat mengalami kerusakan dan pesawat pasti akan jatuh hancur .... maka dipersilakan Bapak-bapak dan Ibu berunding sendiri siapa yang akan terjun duluan dengan 4 ransel parasut yang ada ini".

"Saya khan presiden RI, saya masih diberi amanah untuk mengurus rakyat yang sedang dihimpit berbagai kesusahan, jadi ..... ya jelas saya dulu dong yang terjun" kata Pak SBY penuh keyakinan, karena yang lainnya menyetujui, akhirnya Pak SBY lansung memasang ransel parasutnya dan ..... jleng ..... Pak SBY akhirnya terjun dengan selamat.

"Saya ini banyak ngurusin wong cilik, lagipula saya harus meneruskan perjuangan bapak saya mempertahankan kemerdekaan dengan menjadi pemimpin negeri ini, jadi ..... saya yang harus terjun selanjutnya" kata Bu Mega dengan mantap ..... karena yang lainnya manggut-manggut saja, Bu Mega langsung memasang ransel parasutnya dan ..... jleng ..... Bu Mega akhirnya terjun dengan selamat.

Setelah Bu Mega terjun, Pak Habibie mendesak agar dia yang terjun berikutnya dengan memberi alasan : "Saya khan yang menguasai Hi-Tech, bagaimana suatu bangsa akan maju tanpa menguasai hi-tech ..... bukan begitu Gus Dur ?".... Gus Dur menjawab : "silakan saja duluan ...... gitu aja kok repot", akhirnya Pak Habibie memasang ransel parasutnya dan ..... jleng ..... akhirnya Pak Habibie terjun dengan selamat.

Kemudian ..... tanpa ba...bi...bu...Gus Dur langsung mengambil dan memasang sendiri ranselnya tanpa meminta tolong ataupun meminta persetujuan terlebih dahulu dari sang pilot, karena dipikirnya pasti dia yang akan terjun selanjutnya.

"Gus Dur ...." sang pilot memanggil sambil terkejut ..... "kenapa sih kok pake protes segala, jelas-jelas sekarang saya yang harus terjun, saya ini kyai langitan tau nggak ..... banyak para kyai dan santri se Indonesia yang harus saya urus" hardik Gus Dur.

"Tapi Gus Dur ....." sang pilot mencoba menyela, tapi Gus Dur tidak peduli selaannya ..... bahkan terus berkata :"Nggak pake tapi-tapian.... ngeyel amat sih lu ..... sudah saya terjun duluan yah" tegas Gus Dur sambil langsung ..... jleng ..... terjun.

"Gus Du.....uuur" pekik sang pilot melihat Gus Dur terjun.

Sang Pilot terduduk lemas. Setelah beberapa saat menghela napasnya, sang pilot berkomentar sendirian "Ya sudah kalau nggak mau dibilangin, tadinya saya cuma mau bilang ..... kalau ransel yang dipakainya bukan ransel parasut ..... tapi ransel baju yang saya bawa, karena maunya begitu ..... ya sudah".

Akhirnya sang pilot memasang ransel parasut yang terakhir dan ..... jleng ..... sang pilot terjun dengan selamat. Bagaimana dengan Gusdur ... ??? (ahm)

Horas Gaya Jawa
Dalam menyampaikan pengantar pidato kenegaraan menyambut HUT  ke-55 RI itu Gus Dur juga menyinggung soal keragaman etnis di Indonesia. Maka, kata Gus Dur, jangan heran kalau ada anggota DPR yang berasal dari Sumatra Utara menyapa dengan horas sebagai salam hangat perkawanan.

Sebagai orang yang berasal dari suku Batak, Ketua DPR Akbar Tandjung tak mau kalah dengan Gus Dur yang berasal dari suku Jawa itu. Maka, selesai Gus Dur memberikan pidato, Akbar pun langsung menimpali.

"Saya juga orang Batak," kata Akbar, yang beristri orang Solo. "Tapi, kalau orang Batak seperti saya, yang sudah lama di Jawa, akan beda menguncapkannya."

Lho, di mana pula letak perbedaannya, Bah? "Ya, orang Batak yang lama di Jawa seperti saya ini akan mengatakan horaaa...s," ujar Akbar dengan nada lembut. (ahm)

Anggur Mukti Ali
Pada kunjungan keliling Eropa bulan Februari 2000, Gus Dur ketemu para kepala negara/pemerintahan. Dia antara lain ketemu Presiden Perancis Jacques Chirac. Untuk mencairkan suasana, seperti biasa, dia memasang jurus ampuhnya: humor. Dan tentu saja guyonan yang dipilihnya adalah sedikit banyak ada sangkutannya dengan tuan rumah.

Menurut Gus Dur, pada tahun 1970-an di Indonesia mulai diupayakan dialog antaragama. Penggagasnya adalah Prof Mukti Ali, waktu itu menteri agama.

"Saya sangat setuju dengan prinsipnya, tapi tidak setuju dengan contoh yang diberikan Mukti Ali," ujar Gus Dur.

"Mengapa?" tanya Presiden Chirac, mulai heran.
"Menurut Mukti Ali, semua agama itu sama saja; sama bagusnya, sama luhurnya. Ini saya setuju. Tapi dia memberi contoh dengan menyebut anggur. Ini saya tidak setuju. Sebabm, kata Mukti Ali, agama-agama itu seperti anggur. Bisa dimasukkan ke gelas yang pendek, yang lonjong, yang bulat dan sebagainya, tapi isinya sama saja; anggur."

"Lho, mengapa Anda tidak setuju?" tanya Chirac, belum paham juga.

"Sebab anggur itu macam-macam, wadahnya juga macam-macam. Tidak bisa sembarangan."

"Ya, betul, betul," kata Chirac sambil tertawa. "Saya tahu benar tentang hal itu sebab saya orang Prancis." (ahm)
Jurus Sepakbola Gus Dur
Setelah DPR menjatuhkan Memorandum I kepada Presiden, guyonan yang menjadi "merek dagang" khas Gus Dur, tak pernah muncul lagi. Setelah DPR meneruskan dengan Memorandum II, dan kemudian meminta agar Gus Dur dimintai pertanggungjawaban di sidang Istimewa MPR, humor-humor segar Gus Dur betul-betul lenyap dari langit politik Indonesia.

Yang muncul di televisi, maupun surat kabar malah perlawanan-perlawanan keras Gus Dur terhadap DPR, yang jauh dari kesan lucu.

Salah satu humor terakhir Gus Dur barangkali adalah komentarnya sebelum terkena memorandum itu. Ketika Pansus Bulog dan Brunei sedang getol-getolnya memeriksa beberapa saksi untuk mencari bukti keterlibatan Presiden, tahun lalu, Gus Dur sendiri tenang-tenang saja. Kok bisa? Ternyata karena dia, menurut pengakuannya, telah menerapkan strategi catenaccio (grendel) seperti yang digunakan oleh tim Sepakbola Italia dalam final Piala Dunia 1982 di Spanyol.

Ketika itu, cerita Gus Dur, pelatih Italia Enzo Bearzot menempatkan Claudio Gentille sebagai pemain belakang (bek) untuk bertahan sekuat tenaga di depan gawang sendiri. Bila Gentille menerima bola, maka bola akan langsung dibawa ke depan dan dioper kepada Paolo Rossi, yang akan memasukkan bola ke gawang lawan.

Jadi, kata Gus Dur, Soewondo, Siti Farikha, Masnuh, dan lain-lain yang dituduh macam-macam itulah catenaccionya.

Gus Dur sendiri?

"Saya yang jadi Paulo Rossi? kata Gus Dur. "Begitu dapat bola, langsung saya giring ke gawang lawan."

Begitu ampuhnya jurus catenaccio itu sehingga, menurut Gus Dur, "Baru dibilang pansus itu illegal saja mereka sudah nggeblak (terjengkang), tele-tele (tidak berdaya) semua. Padahal itu baru jurus pertama dan saya mengantongi empat jurus lainnya. " Ia ketawa.

Apa jurus lain Gus Dur itu? Ada hit and run yang sering digunakan oleh tim Nigeria. Ada juga jurus total football-nya Belanda.

"Pokoknya," tambah Gus Dur sambil terus terkekeh di depan jamaah Jumatan di Masjid BPK, "Semua teori sepakbola itu akan saya gunakan untuk situasi politik kita, dan Insya Allah cocok." (ahm)

Pekerjaan Orang Normal
BAGI John F Kennedy, jabatan presiden merupakan pekerjaan termulia. Sebab dalam pandangannya, politik itu sendiri adalah kerja mulia. Lain halnya dengan Billy Carter, adik kandung bekas presiden Jimmy Carter.

Menurut Gus Dur, Billy Carter memiliki usaha pompa bensin. Kalau pas ada waktu senggang, biasanya ia suka bersantai dengan beberapa temannya sambil menikmati bir atau minuman lain kegemarannya.

Pokoknya ia prototipe "orang biasa" di tingkat terbawah kehidupan politik Amerika Serikat. Karenanya ia pun punya penilaian sendiri tentang perubahan besar dalam kehidupan kota tempat tinggalnya.

Pada tahun 1976, abangnya, Jimmy Carter, mencoba mencalonkan diri sebagai presiden. Di masa santer-santernya kampanye Carter berlangsung, Billy pun tak luput dari kejaran wartawan yang ingin tahu lebih jauh tentang keluarga besar Carter. Wartawan yang memergokinya langsung bertanya, bagaimana sesungguhnya kondisi keluarga Carter?

Kemudian Billy menjawab, "Ibuku sudah lebih tujuhpuluh tahun umurnya, ketika ia mendaftarkan diri masuk Korps Perdamaian sebagai juru rawat di India untuk dua tahun. Kakak perempuanku senang naik sepeda ke mana-mana, sampai keluar negara bagian yang luas ini. Kakak perempuanku yang satu lagi menjadi pengabar Injil, padahal tadinya ia ratu kecantikan.

"Sekarang, abangku ingin jadi presiden. Nah Anda bisa lihat, akulah satu-satunya orang yang normal dalam keluarga ini." (ahm)

Gus Dur Ngelu
"Saya mau bertanya sama Pak Permadi dan para hadirin." kata Sutradara Film Garin Nugroho dalam wayangan. Biasanya, tokoh-tokoh baik itu kalau situasinya susah pada berubah semua. Petruk misalnya, ketika mau jadi raja tiba-tiba berubah wataknya.

Permadi yang ditanya Gus Dur yang mnejawab. Ia membenarkan bahwa watak Petruk berubah ketika ia mau menjadi raja. "Makanya, kalau mencari pemimpin mestinya yang tak gampang berubah," tambah Gus Dur.

"Kalau menurut Pak Permadi, Gus Dur itu berubah tidak? celetuk seorang hadirin.

"Ya, agak berubah," jawab Permadi.
"Misalnya dalam hal apa?"
"Misalnya, kalau dulu Gus Dur itu masih suka kumpul-kumpul dengan saya, sekarang hampir tidak pernah lagi."

"Kalau itu sih sebabnya sederhana," sahut Gus Dur.

"Sederhana bagaimana Gus?" kejar hadirin.
"Ngelu (pusing)." (ahm)

Membayangkan Serdadu Israel
Hampir tak ada negara yang rela ketinggalan mengikuti olimpiade. Acara empat tahunan itu merupakan salah satu cara promosi negara masing-masing. Dan tentu saja, peristiwa ini juga sangat bergengsi karena acara ini diliput oleh media massa semua negara peserta.

Wajarlah kalau setiap negara berusaha mengirimkan atlet terbaiknya, dengan harapan mereka bisa mendapat medali emas. Begitulah sambutan Presiden Gus Dur saat melepas tim Indonesia ke Olimpiade Sydney kala itu.

Gus Dur lalu bercerita tentang peristiwa yang pernah terjadi di Suriah. Pada waktu Olimpiade beberapa tahun lalu, tuturnya, kebertulan pelari asal Suriah memeperoleh medali emas. Sang pelari mampu memecahkan rekor tercepat dari pemenang sebelumnya. Bahkan selisih waktunya pun terpaut jauh.

Maka, ia langsung dikerubuti para wartawan karena punya nilai berita yang sangat tinggi. "Apa sih rahasia kemenangan Anda? tanya wartawan.

"Mudah saja" jawab si pelari Suriah, enteng. "Tiap kali bersiap-siap akan mulai, saya membayangkan ada serdadu Israel di belakang saya yang akan menembak saya." (ahm)

WC
Suatu ketika seorang kiai kedatangan tamu seorang Bupati. Sang Kiai dalam sambutannya mengatakan, "Kami sudah membangun beberapa kamar mandi dan saudara-saudaranya." Hadirin pun bingung mendengarnya, termasuk Pak Bupati.

Ternyata yang dimaksud sang Kiai selain kamar mandi juga telah dibangun WC. Karena di depan para tamu dan orang banyak, sang Kiai segan menyebut kata WC. Maka ia menghaluskan kata itu, karena dianggap kurang patut. (ahm)

Becak, Dilarang Masuk!
Saat menjadi presiden, Gus Dur pernah bercerita kepada Menteri Pertahanan saat itu, Mahfud MD tentang orang Madura yang katanya banyak akal dan cerdik.

Ceritanya ada seorang tukang becak asal Madura yang pernah dipergoki polisi ketika melanggar rambu "becak dilarang masuk". Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada rambu becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak boleh dimasuki oleh becak.

"Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu kan gambar becak tidak boleh masuk jalan ini," bentak pak Polisi. "Oh saya melihat pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong, tidak ada pengemudinya. Becak saya kan ada yang mengemudi, tidak kosong berarti boleh masuk," jawab si tukang becak.

"Bodoh, apa kamu tidka bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada tulisan bahwa becak dilarang masuk," bentak pak Polisi lagi.

"Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya bisa membaca maka saya jadi Polisi seperti sampeyan, bukan jadi tukang becak begini," jawab si tukang becak sambil cengengesan. (ahm)

Merdeka Jatuh
Ketika menghadiri acara komedi politik di sebuah stasiun televisi swasta, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berkelakar tentang masa kemerdekaan dulu.

Gus Dur pada saat itu bercerita mengenai penyambutan yang luar biasa terhadap Presiden RI Soekarno ketika mengunjungi sebuah desa.

Karena masa itu masih masa kemerdekaan, setiap orang yang berjejer di pinggir jalan membawa bendera yang diikat di batang bambu, sambil berteriak "Merdeka!!!"

Lalu, ada seorang nenek-nenek yang melihat bendera seorang anak sekolah dasar yang jatuh. Seketika itu juga si nenek bilang kepada anak kecil itu "Nak, merdekanya jatuh tu." (ahm)

Tunggulah Usia Sama
Sudah lama Budi naksir cewek yang tinggal di kampung sebelah. Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Cewek itu menerima cinta bagong dengan sepenuh hati, meski "proklamasi cinta" Bagong dilakukan di gang sempit pinggir selokan.

Sayang, kisah-kasih di selokan itu tidak berjalan mulus. Orang tua si gadis keberatan karena Bagong belum bekerja. Namun keduanya pantang menyerah. Bahkan, setelah beberapa bulan menjalin kasih, Bagong memberanikan diri melamar. Ia menemui ayah si gadis.

"Pak kami sudah saling cinta, maka kami akan menikah. Kapan saya boleh menikahi anak bapak?" kata Bagong. Ayah si gadis jelas menolak. Namun untuk berkata terus terang, ia tidak sampai hati.

"Begini Nak Bagong. Bukan saya keberatan, tapi tunggulah saat yang tepat. Saat ini umur anak saya 20 tahun, umur Nak Bagong 24 tahun. Jadi, tunggulah sampai umur kalian sama," kata si bapak. Kontan saja si Bagong langsung pingsan... (ahm)

Kolam Susu
Di suatu tempat, salah satu negara berkembang ada sebuah peresmian peternakan ikan yang dananya mendapat bantuan dari bank dunia.

Untuk go public, undangan pun disebar ke seluruh dunia.

Dalam perjalanan menuju tempat pengguntingan pita, terjadi dialog antara para tamu undangan.

Toyoda San dari Jepang: "Di negara saya tidak perlu tambak ataupun peternakan ikan seperti ini, kalau kamu makan ikan, pergi saja ke sungai bawa tangguk, cidukkan ke sungai, dua atau tiga kali ciduk pasti dapat ikan"

Kim Ill Sung dari Korea: "Itu belum seberapa di tempat saya, sekali tangguk saja sudah dapat ikan.

(Sementara wakil Indonesia mau ngomong sudah keduluan dari China)

Sing Sing Set dari China: Eehh, Tuan-tuan masih kalah di negara gua, tidak usah pakai tangguk, pakai saja gayung sudah dapat ikan 2 ekor.

Suprapto dari Indonesia: (Sialan ogut mau ngomong gitu) He...bapak-bapak, ente tidak pernah ke Indonesia kan...Di negara saya, di setiap sungai, kalau kita mau ambil air satu ember saja susah banget, kita harus usir ikan-ikan yang ada di sungai, baru kita ambil airnya.

Semua tamu: ????!!!!!

(Hi hi...yang ogut usir bukan ikan, tapi sampuahhhhh) (ahm)

Kepala Pulisi Pakai Sepatu
Ini cerita mengenai dua sahabat yang lugu dan sedikit kurang pintar bernama Kebo dan Belo. Mereka berdua kagum dengan acara di sebuah televisi.

Kebo : "Kemarin, saya lihat liputan di TV, di Inggris ada pameran sepatu terbesar lho... lebih tinggi dari ukuran manusia biasa. Biasa bayangin gak sih lue..?"

Belo : "Ah... itu sih biasa. Loe tau tau gak, Kepala Pulisi di Portugis pada enggak pakai sepatu!!!"

Kebo : "Gak mungkin... yang bener loe...??"

Belo : "Iya lah, masak Kepala Pulisi pakai sepatu? Sepatu itu makainya ya di kaki!" (ahm)

Rahasia Peti Rahasia
Lebih dari empat puluh tahun hidup berdua dengan istrinya, Mat Rais masih saja penasaran dengan satu rahasia yang disimpan rapat-rapat oleh istrinya, yaitu sebuah peti besi yang dikunci rapat dan ditaruh di kolong tempat tidur mereka selama berpuluh-puluh tahun.

Hingga akhirnya sekarang istrinya sedang tergolek sakit...dan Mat Rais duduk di sampingnya sambil mengelus-elus tangan istrinya. Masih penasaran dengan rahasia peti besi itu, maka ia bertanya kepada istrinya,

"Istriku, maukah kau menceritakan rahasia isi peti besi di kolong tempat tidur ini?"

"Mas...maukah kau berjanji akan memaafkan aku setelah tahu rahasiaku?"

"Tentu dik...aku akan memaafkan kamu."

"Bukalah peti itu..." kata istrinya sambil menyerahkan sebuah anak kunci. Mat Rais segera menarik peti itu keluar dan membukanya. Dia dalam peti itu dilihatnya ada empat kaleng beras dan setumpuk uang berjumlah satu juta rupiah.

"Wah jangan-jangan warisan buat aku," pikir Mat Rais sedikit girang. Lalu dengan suara terbata-bata istrinya berkata, "Mas...saya minta maaf, selama kita hidup sebagai suami istri, saya tidak sepenuhnya setia padamu...setiap kali saya melakukan selingkuh...saya taruh sekaleng beras ke dalam peti itu..."

Terharu dengan pengakuan istrinya, Mat Rais pun menjawab, "Istriku, akupun minta maaf....selama ini akupun tidak setia pada mu...terutama saat kau hamil dulu...kamu cuma empat kali, sedangkan aku lebih banyak dari itu,,,, jadi sekarang kita anggap seri."

Mat Rais terdiam sejenak dan lalu ia bertanya dengan penuh perasaan pingin tahu. "Tapi omong-omong yang satu juta rupiah itu untuk apa?"

"Ooo..dulu kalau petinya sudah mulai penuh beras, maka beras itu saya jual, dan uang itulah hasilnya," kata istrinya.

Mat Rais, "??????" (ahm)

HO...Oh!
Seorang ajudan Presiden Clinton dari Amerika Serikat lagi jalan-jalan di Jakarta. Karena binggung dan tersesat, ia kemudian bertanya kepada seorang penjual rokok, "Apa ini Jalan Sudirman" "Ho oh!" jawab si penjual rokok.

Karena binggung dengan jawaban tersebut, dia kemudian bertanya kepada seorang Pulisi yang sedang mengatur lalulintas "Apa ini Jalan Sudirman?" dijawab oleh Pulisi "Betul!".

Karena binggung mendapat jawaban yang berbeda, akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur yang waktu itu kebetulan melintas bersama ajudan setianya, "Apa ini Jalan Sudirman?" dijawab oleh Gus Dur "Benar!"

Bule itu semakin binggung saja jarena mendapar 3 jawaban yang berbeda. Lalu akhirnya dia bertanya lagi mengapa waktu tanya tukang rokok dijawab "Ho..oh!" lalu tanya Pulisi dijawab "Betul!" dan yang terakhir dijawab Gus Dur dengan kata "Benar!"

Gus Dur tertegun untuk sejenak lalu dia berkata "Oooh begini, kalau anda bertanya kepada tamatan SD maka jawabannya adalah Ho..oh, kalau bertanya kepada tamatan SMA maka jawabannya adalah betul, sedangkan kalau bertanya kepada tamatan universitas maka jawabanya adalah benar!" Ajudan Clinton itu menggangguk dan akhirnya bertanya, "Jadi anda ini adalah seorang sarjana?"

Dengan spontan Gus Dur menjawab "Ho...oh!" (ahm)

Bahlul Ulum Jombang
Di pesantren Bahlul Ulum Jombang ada sebuah peraturan yang melarang para santri menonton bioskop. Untuk menjaga agar peraturan tersebut berjalan dengan baik, ditugaskanlah seorang satpam untuk menjaga pintu gerbang. Jika pada malam hari ada santri yang baru balik ke pesantren, kata Cak Dulah yang mantan santri di pesantren ini, satpam akan langsung memeriksa apakah santri itu abis nonton bioskop atau bukan.

Namun, bukan anak muda jika tidak punya banyak akal. Untuk memenuhi hobi nonton bioskop, seorang santri pada hari Jum'at sore minta izin mau pulang ke rumah orang tuanya di Jember. Jumat sore kebetulan tidak ada pelajaran, alias bebas. Begitu bis memasuki kota Jember dan mendekati rumahnya, dia berhenti, pas di depan gedung bioskop. Sang santri pun nonton film, apapun judulnya, pokoknya yang sedang diputar saat itu.

Setelah nonton, dia tidak kemudian pulang ke rumah orang tuanya, tetapi kembali ke pesantren. Apa mau dikata, sesampainya di pintu gerbang, malam sudah menukik di angka 12.

"Habis nonton bioskop ya," tanya satpam.

"Nggak, Pak. Baru pulang ke rumah orang tua. Ini buktinya karcis bus Jember-Jombang". Selembaran karcis pun diperlihatkan oleh santri itu. Tapi dasar apes, keliru karcis bioskop yang keluar.

"Oh dasar penipu. Pushup 100 kali!" teriak satpam

"Behhh!" (ahm)


Ruwahan
Dalam tradisi Jawa ada kebiasaan "ruwahan". Pada kesempatan itu, banyak orang pergi memanjatkan doa bagi keselamatan orang yang telah meninggal. Di makam, orang akan berusaha memperkenalkan saudara-saudara maupun teman-teman yang sudah meninggal kepada yang diajaknya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh sebuah keluarga kecil di sebuah desa.

"Ini makamnya nenek Ibu dan sebelahnya itu makam kakeknya Ayah," kata si Ibu kepada anak laki-laki satu-satunya.

"Kalau yang itu, Bu?" tanya si anak.

"Makam temannya teman Ayah!" jawab Ibu.

"Kalau yang di pojok itu, Yah?!" tanya si anak kepada ayahnya.

"Itu makam seorang pejuang yang meninggal terkena pecahan peluru pada saat kita masih dijajah Jepang dulu!" jawab Ayah.

"Juga saudara?" tanya si anak penasaran.

"Ya dia itu masih 'pakde'-nya 'oom'-nya ibumu.!"

"Eh lihat!! Bu Tuminem juga ke makam!" si anak berseru sambil menunjuk pada seorang ibu.

"Siapa dia, Nak?"

"Tetangga kita di seberang jalan, masih hidup. Lho, ayah dan ibu tidak mengenalnya?"

"??!!" (ahm)

Abu Nawas
Ada yang bilang Abu Nawas adalah 'gurunya' Gus Dur untuk bertindak dan mengakali orang. Dalam suatu kesempatan ada cerita Abu Nawas yang ingin diberikan hukuman karena dianggap melakukan salah.

Suatu ketika Abu Nawas datang ke hadapan Amirul Mukminin, seraya membawa kendi yang biasa digunakan untuk menyimpan khamr (arak/minuman keras). Melihat hal ini, Amirul Mu'minin berseru kepada pengawalnya.

"Cepat cambuk Abu Nawas sebagaimana orang yang telah minum khamr."

Abu Nawas protes berat.

"Yaa Amirul Mu'minin, mengapa saya dihukum cambuk, padahal saya tidak minum khamr?" protes Abu Nawas.

"Itu karena kamu membawa kendi yang biasa digunakan untuk minum khamr," jawab Amirul Mukminin.

"Jika memang demikian, maka hukum saya dengan hukuman cambuk sebagaimana orang berzina," sahut Abu Nawas.

"Mengapa demikian," tanya Khalifah.

"Karena saya juga membawa 'alat' yang biasa digunakan untuk berzina," jawab Abu Nawas.

Mendengar jawaban Abu Nawas, khalifah tertawa...lalu membebaskan Abu Nawas dari segala hukuman dan memberikan uang sebagai hadiah.
(ahm)

Rem-nya di Mana?
Tiga orang pemuda sedang naik mobil kaget karena tiba-tiba sebuah motor Harley Davidson mendahului mereka dan pengemudinya berteriak, "Hoooi! Elu sudah pernah naik Harley belum?" lalu dia langsung tancap gas.

"Sialan tuh orang baru naik Harley segitu aja sombong banget, ayo kita kejar!" kata pemuda yang nyetir mobil. "Ayo!" balas temannya. Mobil itu kemudian tancap gas dan berhasil menyalip Harley.

Ngga' lama kemudian, Harley tersebut berhasil menguber mobil lagi dan pengendara Harleynya berteriak, "Hoooi! Elu sudah pernah naik Harley belum?" Dan Harley itu ngebut lagi ninggalin mobil.

"Biar mampus tuh orang, gua sumpahin tabrakan lu, belagu amat sih!" pemuda yang nyetir mobil keki berat.

Rupanya di persimpangan jalan, Harley tersebut tabrakan dan pengemudinya ketiban motor itu sendiri. Setelah tahu yang tabrakan adalah Harley yang ngeledek mereka, kedua orang pengemudi ini turun dari mobil dan menghampiri pengemudi tersebut.

"Hoi...elu pernah naik Harley enggak?" kata pengemudia Harley sambil meringis kesakitan. "Heh lu tuh udah tabrakan, ketiban motor, masih sombong, mau lu apa sih?" kata salah seorang pemuda yang nyetir mobil dengan sewot.

Lalu pengendara Harley itu ngomong, "Maksudnya, gua mau tanya kalau lo udah pernah naik Harley kasih tau gua rem-nya di mana?" (ahm)


Ndut, Peng, Ndrong dan Ndul
Gendut, Gepeng, Gondrong dan Gundul adalah alumni sekolah militer. Mereka janjian mengadakan reuni di Restoran Daratista. Sambil makan, mereka berempat berbincang-bincang sambil bernostalgia.

Setelah makan Gendut pamit meninggalkan teman-temannya sebentar untuk nyanyi karaoke. "Minta lagu apa Rek? Last Kiss ah?"

Sambil mendengarkan Gendut nyanyi, teman-temannya melanjutkan obrolan mereka. "Bagaimana anak-anakmu Ndrong?" tanya Gepeng ke Gondrong.

Gondrong bercerita: "Oo, baik baik saja, anak saya kan dua. Yang cewek ikut suaminya jadi Kapolres di Abepura. Sedangkan yang cowok sudah jadi bos, pabriknya dua, PT Newmont dan PT Freeport. Tapi ya gitu...saya yang jadi bapaknya saja tidak pernah dibelikan motor sama sekali, eeeh...pas kemarin pacarnya ulang tahun dibelikan BMW 318i gress,"

"Lha kalau anakmu Peng?"

Gepeng pun bercerita, "Anakku tiga cowok semua, yang dua kerja di Amerika, asistennya Jos Bus, yang bontot sekarang sudah jadi direktur developer rumah.

Tapi agak gendeng juga anak saya yang bontot ini. Rumah bapaknya sudah doyong dibiarkan saja, tapi waktu kemarin pacarnya ulang tahun dibelikan rumah baru."

"Kalau kabar anakmu bagaimana Ndul?"

Sekarang Gundul yang cerita, "Anak saya empat cowok satu, cewek tiga. Sekarang sudah pada mandiri. Yang paling sukses ya anakku yang cowok. Sekarang jadi pialang saham, nemenin Jos Soros. Cuman ya enggak bener juga. Lha...saya ini gak pernah di kasih uang sama sekali, tapi kemarin waktu pacarnya ulang tahun dikasih deposito 100M."

Setelah Gundul cerita, Gendut selesai karaoke, "Nyeritain apa sih Rek?"

"Ini lho Ndut, pada nyeritain anaknya, gimana anakmu Ndut?" tanya Gundul. Setelah nyalain rokok, Gendut cerita.

"Anakku cuma satu aja payah. Aku ingin dia jadi TNI, eee malah jadi bencong. Sudah lima tahun dia buka salon, dari dulu sampe sekarang ya tetep aja nyalon. Tapi meskipun bencong dia tetep anakku. Apalagi dasarnya anak itu baik, pergaulannya luas dan sayang sama bapaknya. Setiap dapat rejeki pasti saya diberi.

Kemarin pas dia ulang tahun, ada temannya yang ngado BMW 318i gress, rumah baru, dan deposito 100M.

Dia bilang semua itu buat bapak saja, dia tetep seneng buka salon saja.

"Jangkrik!!!" teriak Gepeng, Gondrong, dan Gundul hampir bersamaan. (ahm)

Saddam Hussein
Ceritanya, Saddam Hussein pengen nakut-nakutin seluruh dunia. Caranya? Dia memanggil panglimanya dan memerintahkan dia untuk memasang bom waktu di seluruh pesawat terbang yang ada di lapangan udara Baghdad.

Saddam: "Cepet ya, dan ingat! Jangan sampai ketahuan siapa-siapa lho...!

Panglima: "Seluruhnya Pak Saddam?"

Saddam: "Eh jangan ding, Ente enggak boleh memasang bom waktu di pesawat Irak sendiri dan juga jangan dipasang di Garuda. Yang rugi kita juga nanti."

Panglima: "Loh kenapa Pak? Untuk yang pertama OK lah pak, tapi apa ruginya memasang di Garuda? Apa karena Gus Dur naik pesawat itu kita jadi takut?"

Saddam: "Bukan begitu, soalnya Garuda itu suka telat. Entar meledaknya di sini juga, kita yang repot." (ahm)


Putus Asa Ya...?
Salah seorang anak Gus Dur dengan penuh rasa ingin tahu mengamati ayahnya yang sedang memoleskan krim pembersih wajah yang dicurinya dari meja rias istrinya ke seluruh bagian mukanya.

"Kenapa sih...Bapak selalu mengoleskan itu di wajah?" tanya anak itu.

"Supaya bapakmu ini ganteng terus," jawab Gus Dur.

Tak berapa lama kemudian Gus Dur mengambil kapas dan mengusap krem yang menempel di wajahnya seperti yang sering dilakukan istrinya.

"Lho kok dihapus sih Pak? Putus asa ya...?" goda anaknya.
(ahm)

Makanan yang Paling Haram
Ajudan: "Gus, menurut Anda makanan apa yang haram?"
Gus Dur: "Babi!"
Ajudan: "Yang lebih haram lagi?"
Gus Dur: "Mmmmm ... babi mengandung babi!"
Ajudan: "Yang paling haram?"
Gus Dur: "Mmmm ... nggg ... babi mengandung babi tanpa tahu bapaknya dibuat sate babi!" (mbs)

Cari Burung
Di suatu hari, seorang ibu kepala sekolah kebetulan tidak langsung pulang karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Karena lelah, ia pergi berjalan-jalan ke bebun dan melihat sejumpulan murid sekolah itu  sedang berkerumun sehingga mengundang kecurigaan kepala sekolah ini. Padahal, baru seminggu yang lalu mereka itu dihukum karena tertangkap basah mencuri buah-buahan dari kebun sekolah.

"Selama siang, anak-anak!"
"Selama siang, Bu!"
"Sedang apa kalian di sini?"
"Mencari burung, Bu."
"Tidak mencuri mangga lagi?"
"Tidak bu. Kami telah bertobat!"
"Bagus! Nah, kalau kalian sudah bertobat, sekarang keluarkan rambutan itu dari saku celana kalian!!"
"??!! (mbs)

Gelas Lilin
Saat tengah menemani anaknya belajar Fisika, Gus Dur berusaha untuk menjelaskan banyak hal kepada anaknya itu. Untuk mengetes kemampuan ayahnya, iseng anak itu memberi pertanyaan kepada Gus Dur.

Anak: "Pak, saya ada pertanyaan."
Gus Dur: "Apa?"
Anak: "Sebuah lilin yang menyala jika ditutup dengan gelas, kemudian lilin tersebut mati. Hal itu membuktikan apa???"
Gus Dur: "Itu tandanya tidak ada udara di dalam gelas itu."
Anak: "Salah!"
Gus Dur: "Loh, terus apa?"
Anak: "Itu membuktikan bahwa kita kurang kerjaan ..." (mbs)

Ohhh ... Internet
Suatu kali ada seorang Kiai Madura yang membanggakan pembangunan pesantrennya kepada Gus Dur.

"Wah ... pesantren saya sudah jadi. Lengkap, bangunannya luasm bertingkat," katanya dengan wajah bangga. "Kapan-kapan Gus Dur harus ke sana. Soalnya sudah lengkap dengan eternit," tambahnya lagi.

"Eternit?" tanya Gus Dur sambil berpikir setiap bangunan kan memang perlu eternit.

"Payah, mosok nggak ngerti. Itu lho yang pakai komputer ...!"
"Ohhh ... internet," jawab Gus Dur bersama-sama beberapa orang yang hadir sambil tertawa. (mbs)
Ampun, Bukan Saya Pak!
Di sebuah sekolah dasar di Los Palos, Timtim, seorang sersan kepala yang galak jadi guru pengganti. Kali ini dia mengajarkan sejarah kemerdekaan RI untuk anak-anak kelas III. Untuk menguji daya tangkap para muridnya, ia bertanya dengan suara keras, "Coba, siapa yang menurunkan bendera merah, putih, biru, di Hotel Oranye Surabaya?"

Murid-murid yang terlanjur dicekam rasa ketakutan serentak menjawab, "Bukan saya, Pak. Jangan tangkap saya!" (mbs)

Gendut
Seorang ibu agak khawatir mengamati pertumbuhan anak gadisnya, si Tumpluk, yang punya selera makan luar biasa. Setiap saat badannya bertambah tambun saja. Oleh karenanya, suatu hari ia menasihati sang anak.

Ibu: "Begini  Nak, Ibu anjurkan agar setiap pagi kamu sarapan bubur saja!"
Tumpluk: "Baik Bu. Sarapan buburnya sebelum atau sesudah makan pagi?'
Ibu: ???? (mbs)

Tak Bisa Membedakan
Seekor babi hutan dari pedalaman Timika di Papua lari ketakutan menyeberangi perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Ia merasa diburu-buru tentara Indonesia. Ia baru berhenti ketika ada seekor babi hutan Papua Nugini menyatakan bahwa ia sudah berada dalam wilayah Papua Nugini.

"Mengapa Anda berlari?" tanya babi hutan Papua Nugini.

"Terus terang saya khawatir pada tentara Indonesia. Mereka mengebiri semua laki-laki di sana," ujar babi hutan Indonesia.

"Tapi Anda kan bukan manusia. Anda kan cuma seekor babi hutan?"

"Justru itulah. Mereka mengebiri dulu baru bertanya kemudian," ujar babi Indonesia. (mbs)

Nyi Roro Kidul Dipaksa Pakai Jilbab
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengucapkan terima kasih kepada seluruh elemen yang sudah mendukung acara Kongkow Bareng Gus Dur (KBGD) sehingga dapat mengudara kembali pada di Yogya TV pada Jumat (05/10/2007) pukul lima sore setelah sebelumnya didemo oleh FPI agar tayangan itu dihentikan.

"Sri Sultan Hamengkubuwono X telah menyatakan agar tayangan itu diteruskan saja. "Kalau mereka (FPI, red.)tidak terima, diadukan saja ke pengadilan," beber Gus Dur yang mengenakan batik biru kala itu.


Gus Dur mengungkapkan telepon anggota FPI yang meminta tayangan KBGD dihentikan Yogya TV diawali dari banyolannya. "Kenapa ada gempa Bantul? Karena Nyi Roro Kidul dipaksa berjilbab oleh Habib Rizieq," jelas Gus Dur menceritakan leluconnya waktu itu.


Gus Dur menjelaskan lelucon itu berdasarkan sikap pemimpin FPI terhadap apapun yang dianggapnya salah. "Memang Habib Rizieq begitu," tegas Gus Dur.


Terhadap dukungan elemen sipil di Yogyakarta ini Gus Dur mempunyai komentar tersendiri. "Ini punya arti perkembangan Islam di Indonesia. Sikap zalim dengan satu pihak akan dihadapi dengan terbuka oleh pihak lain," imbuh Gus Dur.
(mbs)

Kumpulan Humoris
Nah, humor ini juga pernah dilontarkan Gus Dur. Cerita dulu, jamannya Uni Soviet dipimpin oleh seorang diktator yang amat ditakuti. Sang diktator sedang menerima kunjungan rekannya dari barat.

Dalam kunjungan singkatnya itu, terjadi obrolan yang diselingi humor santai. Sambil tertawa, rekan sang diktator itu iseng bertanya, "Apakah Anda mengumpulkan para humoris?"


Sang diktator menjawab kalem, "Ya, tentu saja. Jumlahnya ada dua sel penuh."
(mbs)

Membuang Presiden
Apa akibatnya kalau seorang presiden terlampau lama memegang kekuasaan? Apalagi jika ditambah seringnya ia membohongi rakyatnya sendiri? Tentu rakyat akan protes dan marah, karena menganggap presidennya telah berkhianat.

Ini cerita Gus Dur tentang seorang presiden Filipina yang punya tiga orang anak. Merasa ayah mereka adalah orang nomor satu di negerinya, anak-anak sang presiden pun lantah bertingkah neko-neko.

Anak kedua presiden ingin mencari popularitas dengan menyebarkan jutaan lembar uang kertas pecahan 5 peso dari sebuah pesawat terbang.


Kakaknya tak mau kalah pamor. Dengan pesawat yang digunakan adiknya sebelumnya, sang kakak menyebarkan jumlah uang jauh lebih banyak dari adiknya.


Anak perempuan presiden juga ingin popular, tapi tidak mau meniru cara yang dilakukan oleh kedua kakaknya. Karena bingung, ia pun bertanya kepada pilot pesawat yang ikut menyebarkan uang bersama dua kakaknya itu.


"Mas Kapten, aku ingin popular seperti dua kakakku sebelumnya, tapi tindakan popular apa yang bisa membahagiakan rakyat?

"Gampang sekali: Buang saja ayah nona dari atas pesawat."
(mbs)

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

berikan komentar anda tentang isi blog/pemilik blog